musik

Kamis, 27 Maret 2014

Gerbong kereta yang terakhir



Kulirik jam tanganku, Mencoba menghitung lamanya perjalanan yang akan kutempuh. Hampir lima jam aku berada di perjalanan yang sesaat lalu nyaris kubatalkan. Lelah selama perjalanan dari pekerjaanku menuju stasiun baru terasa sekarang. Lebih karena lelah perang batin untuk memutuskan pemberangkatan ini yang membuatku tidak bisa tidur karenanya dan ditambah menjaga kalian yang membutuhkan pelayananku di RS Semalam.

Kutempelkan pipiku di sisi jendela. Headset kupasang di telinga diikuti alunan lagu dari daftar lagu laptop pengantar tidurku yang tadi malam gagal kudengar
Saat ini kereta yang kutumpangi tampak tenang hampir semua kursi terisi penuh, Kursi di sampingku menjadi tempat kududukkan tas ranselku. Lampu di atasku kini padam. Kubuka lebar tirai jendela di sampingku. Hingga mataku sesaat silau karenanya.Ponsel dan tugas yang belum selesai kubaca takan ku buka di folder ini. Aku duduk santai di kursi, dan berfikir bagaimana cara terbaik menghisap rokoku. Saat ini mulutku hasam karnanya. Aku tersenyum lebar. Saat orang lain harus mengantri di toilet, aku malah sibuk sms teman kampusku. Alasan keluarga menjadi alasan pamungkas untuk membolos. Hari istimewa tidak bisa lebih istimewa dari ini.

BBM di ponselku mendadak banjir ucapan. Aku terkikik membaca harapan-harapan yang mereka tuliskan untukku. Senyumku sulit tersungging. Yang kutemukan di cermin toilet gerbong terakhir adalah pantulan wajah tanpa ekspresi. Mungkin sebaiknya hari ini aku menghabiskan waktu di luar, pikirku. Aku berjalan menuju kursiku. Ponselku masih berbunyi juga. Sepertinya mereka ingin memberikan kepastian perjalananku kali ini.

Setibanya nanti di kampung kelairanku, aku akan berbaring lelap di kasur yang selama ini aku tinggalkan..
Gerbong kereta yang terakhir. 23.10