musik

Senin, 11 Agustus 2014

:'-(

Akhir_ akhir ini aku banyak mengeluh
Sebagian besarnya aku ceritakan pada dinding
Mungkin perubahan rasa
Sedih, senang dan sebagian'ya menusukku
Aku adalah mimpi buruk, bencana
Itulah yang selalu mereka katakan
Aku adalah alasan yang hilang
Mereka senang melihatku jauh
Sekarang aku mengerti apa yang coba kau katakan
Dan bagaimana kau menderita dalam jiwamu
Bagaimana kamu coba melepaskanya
Aku tidak mendengar aku tidak tahu bagaimana
Dan mungkin aku mendengar sekarang
Kau telah sembunyikan tulang rusuk'mu
Saat telah aku tunjukan tulang rangka'ku
Kau bangunkan sedih yang selama ini ku tingalkan
Sekarang aku mengerti apa yang kau coba katakan
Kau melihatku dan kau tidak mengerti
aku bukanlah orang yang bisa merasakan mimpimu
Aku tidak tau bagaiamana cara diriku intropeksi
Yang ku tahu..
kau membuatku bersalah karna mencintaimu
Aku hanya manusia biasa
Tetapi malam ini aku tak biasa- biasa saja
Kurasakan aliran dinadiku
Ini membuatku sesak
Aku merasa gelagapan
Lihatlah aku kini,  aku jatuh
Aku bahkan tak bisa bicara masih gelagapan
Begituah perasaanku
Berusaha menggapai hal -hal yang tak bisa ku lihat
Dan aku tidak menahan air mata yang mencoba keluar
Atau saat dimana kebenaran dalam kebohongan
tampak seperti dongeng
Ya.. Aku berdarah hanya untuk mengetahui aku hidup
Maka tutuplah tirai pangung itu...

Sabtu, 02 Agustus 2014

" TENTANG HIDUP "


saat aku terlalu jauh
berdiri saja kau disana
berikan senyum kecilmu
menyaksikan sebuah kebodohan...

aku menantang hidup
memberanikan diri dan tetap bermimpi
bukan bagaimana menjadi Tuhan
tapi bagaimana aku menikmati takdir...

ingatkah kau saat aku bercerita
tentang harapan dan tujuan hidupku
dan mungkin saat memilih pergi
aku mulai kehilangan arah...

kita tau hari itu akan tiba
dimana akan terucap kata berpisah
dan semua hal akan menakutkan
disitulah aku mulai hilang arah...

tak ada hal indah ku janjikan
aku hanya berusaha berlari denganmu
namun ketika kita terjatuh
apakah kau akan tetap tinggal
akankah kau tinggal...

tahu kah, tak ada hal sulit kecuali kau
dan aku telah kehilangan kekuatanku
tentang apa yang aku temukan
tentang apa yang aku lupakan...

dan kini aku berusaha lari
tapi sebenarnya aku tak sanggup pergi
tetap menutup mulutku dan tersenyum
meskipun aku tak mampu lakukan'ya...

kau tak mengenalku seperti kemarin
bahkan kau tak tersenyum menatapku
dan aku kehilangan arah
aku hilang arah...

kini tetaplah kau panda perinsipmu
menata hidup untuk bahagia
sementara aku menyaksikanmu dari jauh
kau yang selalu ku sayang..

Kamis, 27 Maret 2014

Gerbong kereta yang terakhir



Kulirik jam tanganku, Mencoba menghitung lamanya perjalanan yang akan kutempuh. Hampir lima jam aku berada di perjalanan yang sesaat lalu nyaris kubatalkan. Lelah selama perjalanan dari pekerjaanku menuju stasiun baru terasa sekarang. Lebih karena lelah perang batin untuk memutuskan pemberangkatan ini yang membuatku tidak bisa tidur karenanya dan ditambah menjaga kalian yang membutuhkan pelayananku di RS Semalam.

Kutempelkan pipiku di sisi jendela. Headset kupasang di telinga diikuti alunan lagu dari daftar lagu laptop pengantar tidurku yang tadi malam gagal kudengar
Saat ini kereta yang kutumpangi tampak tenang hampir semua kursi terisi penuh, Kursi di sampingku menjadi tempat kududukkan tas ranselku. Lampu di atasku kini padam. Kubuka lebar tirai jendela di sampingku. Hingga mataku sesaat silau karenanya.Ponsel dan tugas yang belum selesai kubaca takan ku buka di folder ini. Aku duduk santai di kursi, dan berfikir bagaimana cara terbaik menghisap rokoku. Saat ini mulutku hasam karnanya. Aku tersenyum lebar. Saat orang lain harus mengantri di toilet, aku malah sibuk sms teman kampusku. Alasan keluarga menjadi alasan pamungkas untuk membolos. Hari istimewa tidak bisa lebih istimewa dari ini.

BBM di ponselku mendadak banjir ucapan. Aku terkikik membaca harapan-harapan yang mereka tuliskan untukku. Senyumku sulit tersungging. Yang kutemukan di cermin toilet gerbong terakhir adalah pantulan wajah tanpa ekspresi. Mungkin sebaiknya hari ini aku menghabiskan waktu di luar, pikirku. Aku berjalan menuju kursiku. Ponselku masih berbunyi juga. Sepertinya mereka ingin memberikan kepastian perjalananku kali ini.

Setibanya nanti di kampung kelairanku, aku akan berbaring lelap di kasur yang selama ini aku tinggalkan..
Gerbong kereta yang terakhir. 23.10